LIHAT RAHASIA : Contoh Makalah Kemuliaan Nabi Muhammad SAW (cerita sejarah, proses perjalanan hidup, lahir sampai wafat, bukti kerasulan, kisah teladan)
Kumpulan contoh struktur makalah penelitian untuk mahasiswa-sma-smp lengkap
- makalah sejarah nabi muhammad saw pdf
- makalah cerita sejarah nabi muhammad saw
- makalah sejarah proses perjalanan hidup nabi muhammad saw
- makalah riwayat hidup singkat nabi muhammad
- makalah sejarah nabi muhammad saw dari lahir sampai wafat pdf
- makalah silsilah nabi muhammad saw
- makalah bukti-bukti kerasulan nabi muhammad saw
- sinopsis nabi muhammad saw- makalah sejarah nabi muhammad saw pdf
- latar belakang sejarah nabi muhammad saw
- makalah sejarah proses perjalanan hidup nabi muhammad saw
- makalah tentang nabi muhammad
- makalah kisah teladan nabi muhammad saw
-contoh makalah penelitian
-contoh makalah singkat
-contoh makalah mahasiswa lengkap
-contoh makalah pdf
-contoh makalah bahasa indonesia
-kumpulan contoh makalah yang baik dan benar
-contoh makalah pkn
-contoh makalah penelitian ilmiah
-contoh makalah singkat pdf
-makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat sma
-makalah singkat tentang internet
-contoh makalah sederhana
-contoh makalah singkat tentang lingkungan hidup
-contoh makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat tentang narkoba
Contoh Makalah Kemuliaan Nabi Muhammad SAW
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepanjang sejarah umat manusia masalah akhlak
selalu menjadi pokok persoalan. Karena pada dasarnya, pembicaraan tentang
akhlak selalu berhubungan dengan persoalan perilaku manusia dan menjadi
permasalahan utama manusia terutama dalam rangka pembentukan peradaban.
Perilaku manusia secara langsung ataupun tidak langsung masib menjadi tolak
ukur untuk mengetahui perbuatan atau sikap mereka. Wajar kiranya persoalan
akhlak selalu dikaitkan dengan persoalan sosial masyarakat, karena akhlak
menjadi simbol bagi peradaban suatu bangsa.
Keberhasilan Rasulullah SAW dalam menyebarkan
agama Islam benar-benar mengagumkan. Hanya dalam waktu kurang dari 25 tahun
beliau berhasil mengubah masyarakat jahiliah yang sangat dekaden menjadi
masyarakat yang berperadaban tinggi dan sangat disegani bangsa-bangsa di sekitarnya.
Oleh karena itu, program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha yang
Beliau lakukan ialah pembinaan akhlak mulia yang harus ditanamkan kepada
seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai
tingkat bawah.
Dari hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa
akhlak dari suatu bangsa itulah yang menentukan sikap hidup dan laku
perbuatannya. Apabila suatu bangsa (umat) itu telah rusak, maka hal ini juga
akan mempengaruhi akhlak generasi-generasi mendatang. Terlebih lagi jika rusaknya
akhlak tersebut tidak segera mendapat perhatian atau usaha untuk mengendalikan
dan memperbaikinya.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Akhlak?
2.
Siapakah Nabi Muhammad SAW?
3.
Apakah gelar yang beliau dapatkan dan apakah artinya?
4.
Kesaksian orang-orang musyrik terhadap beliau
5.
Seperti apakah akhlak yang dimiliki oleh nabi Muhammad SAW?
Tujuan
1.
Mengetahui dan mengerti defenisi Akhlak
2.
Memahami Sejarah hidup nabi Muhammad SAW
3.
Dapat memahami dan meneladani akhlak dan budi pekerti nabi Muhammad SAW
Manfaat
1.
Dapat menjadi tambahan pengetahuan, guna sebagai bagian kecil dari upaya untuk mengintrospeksi Akhlaq pada diri
kita masing-masing
2.
Mengembangkan pemikiran yang kritis, terkait permasalahan- permasalahan akhlaq yang sedang dihadapi
3.
Dapat meneladani dan menitukan akhlak yang dimiliki Rasulullah SAW
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian Akhlak
Menurut bahasa perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq
(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.[1]
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Selain itu, akhlak merupakan
satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani
seseorang.
Nabi kita Muhammad SAW, adalah orang yang paling sempurna kemuliaan dan
keharmonisan dirinya, sehingga Allah memujinya dengan firman: “Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti (berakhlak) yang agung”.(68:4)[2]
A’isyah berkata, “Akhlak nabi Muhammad SAW adalah al-Qur’an. Beliau
menyukai sesuatu yang al-Qur’an menyukainya dan marah terhadap sesuatu yang
al-Qur’an membencinya”.
Nabi bersabda: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”.
Anas berkata, “Rasulullah Muhammad SAW adalah
sebaik-baik manusia”. Ali ibn Abi Thalib menyampaikan hal yang sama.
1.2
Pembagian Akhlak
Ada dua jenis akhlak dalam islam, yaitu akhlaqul karimah (akhlak
terpuji) ialah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at Islam, dan akhlaqul
madzmumah (akhlak tercela) ialah akhlak yang tidak baik atau tidak benar menurut
islam.[3]
1.3
Siapakah nabi Muhammad SAW?
Nabi Muhammad SAW adalah rosul terakhir yang diutus oleh Allah SWT.
Beliau dilahirkan pada bulan Rabiul Awal, walaupun terdapat perbedaan mengenai
tanggalnya. Kalangan syiah menyatakan bahwa beliau lahir pada hari jum’at
tanggal 17 Rabiul Awal, sedangkan kalangan Sunni yakin bahwa nabi Muhammad SAW
lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal.[4]
1.4 Gelar nabi Muhammad SAW
Sejak berusia 35 tahun, Muhammad bersatu dengan orang-orang Quraisy
untuk memperbaiki Ka’bah. Beliau juga yang memutuskan tentang peletakan Hajar
Al-Aswad di tempatnya. Waktu itu, nabi Muhammad SAW sangat dikenal terpuji
sehingga kaumnya sangat mencintai Muhammad. Akhirnya beliau mendapatkan gelar
Al-Amin yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Nabi Muhammad saw hidup sangat sederhana, membenci sifat angkuh serta
sombong, menyayangi orang miskin, janda dan anak yatim dengan cara menolong
mereka. Ia pun menghindari semua kejahatan yang dilakukan bangsa Arab pada masa
itu, seperti meminum minuman keras, berjudi dan lain-lain. Oleh karena itu
beliau dikenal dengan As-Sidiq yang artinya “yang benar”.
Menurut para teolog, esensi kenabian adalah
Sidiq (benar), amanah, dakwah, cerdas, maksum, dan bebas dari semua kekurangan
jasmani dan mental.
1.5 Kejujuran atau kebenaran
Kejujuran atau kebenaran adalah dasar utama dari kenabian. Tidak ada
kebohongan atau tipuan yang pernah terdengar dari mereka, entah itu secara
terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.[5]
Al-Qur’an Menyatakan; Ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam al-kitab ini.
Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi (Q.S.
19:41); dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Qur’an. Sesungguhnya dia adalah
seorang yang benar janjinya dan dia adalah seorang Rasul dan Nabi (Q.S. 19:54);
dan ceritakanlah Idris di dalam Qur’an, sesungguhnya ia adalah orang yang
sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Kebenaran adalah poros kenabian. Tidak mungkin tidak, sebab jika seorang
nabi berbohong , maka segala sesuatu yang berhubungan dengan agama ilahi akan
mengecewakan. Kebohongan akan meyebabkan orang mempertanyakan misinya.[6] Allah
berfirman:
Jika dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian
perkataan (berbohong) atas nama Kami, niscaya Kami pegang dia pada tangan
kanannya. Kemudian kami potong urat tali jantungya. Maka sekali-kali tidak ada
seorangpun dar kamu dapat menghalangi dari pemotongan urat nadi itu (Q.S. 69:
45-47).
1.6 Amanah (dapat Dipercaya)
Sifat amanah Rosulullah, Nabi Muhammad terpercaya bagi semua ciptaan
Allah. Dia setia dan tidak pernah menipu siapapun.
Allah memilih Rasul karena sifat amanahnya yang mendalam hingga dia
sepenuhnya mengabdikan diri untuk menyampaikan risalah Allah dengan jujur. Dia
sangat peduli dengan tugasnya sehingga dia mengulang ayat-ayat ketika jibril
membacakannya untuk dirinya Allah berfirmah:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk
(membaca) al-Qur’an karena hendak cepat-cepat. Sesungguhnya atas tanggungan
kamilah mengumpulkan dan (membuatmu) membacanya. Apabila kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan
kamilah penjelasannya (Q.S. 75: 16-19).
Karena Al-Qur’an diturunkan kepadanya sebagai suatu kepercayaan, maka
dia menyampaikan kepada orang-orang dengan cara yang sebaik-baiknya. Dia
mengabdikan hidupnya untuk tugas suci ini, senantiasa sadar akan tanggung
jawabnya.
Peristiwa-peristiwa khusus yang menunjukkan
sifat amanah dari Rasulullah, Rasulullah tidak pernah berniat menyembunyikan
bahkan satu kata dari Al-Qur’an.[7]
Suatu ketika, karena terganggu melihat seorang
sahabat berusaha mengecoh kudanya, Rasul berkata, “Jangan menipu hewan. Jadilah
orang yang dipercaya untuk mereka”. Diwaktu yang lain, saat kembali dari
perang. Beberapa sahabat mengambil beberapa anak burung dari sarangnya. Induk
burung tak lama kemudian kembali, dan karena tidak menjumpai anak-anaknya,
terbang berputar-putar dengan gelisah. Ketika Rasulullah diberi tahu hal ini,
dia sangat sedih kemudian memerintahkan agar bayi-bayi itu dikembalikan segera.
Perintah itu menunjukkan bahwa salah satu tanda amanah adalah tidak mengganggu
makhluk hidup.[8]
Hubungan dengan orang lain. Rasulullah adalah
dapat dipercaya dan menganjurkan orang lain untuk mengikuti suri tauladannya.
Suatu ketika pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, istrinya Safiyyah,
mengunjunginya saat dia sedang berjaga dimasjid. Saat dia menemani istrinya
kembali kerumah, dua sahabat kebetulan sedang lewat. Kemudian Rasulullah
menghentikan mereka, sambil membuka cadar istrinya, dia berkata: “Ini istriku Syafiyyah”. Mereka berkata:
“Allah melarang berburuk sangka terhadap engkau wahai Rasulullah”. Rasulullah
memperingatkan mereka agar tidak berburuk sangka tentang dirinya karena itu
bisa menebabkan hilangnya iman dan masuk neraka. Dia memberikan mereka dan kita
sautu pelajaran, dengan mengatakan : “setan terus-menerus berputar di dalam
darah seseorang.[9]
Amanah adalah sifat esensial dari iman
sehingga Rasulullah pernah berkata: “Orang yang tidak dapat dipercaya bukan
orang beriman”, mendeskripsikan orang yang beriman sebagai orang yang dapat
dipercaya orang-orang untuk menjaga darah dan harta mereka.
Rasul berkata “ Berjanjilah padaku enam hal,
maka aku akan menjanjikanmu surga: jika engkau bicara, bicaralah kebenaran;
jika engkau berjanji, tunaikanlah; jika suatu dipercayakan kepadamu, jangan
melanggarnya; jaga kesucianmu dan jangan melakukan zina; jangan melihat yang
diharamkan dan jangan mengambi apa yang diharamkan”.
Bahkan melihat orang yang bukan mukhrimnya
dengan nafsu adalah dilarang. Allah berfirman: “ pandanglah sepintas (seperti
itu) adalah panah racun dari busur setan. Siapa saja yang menahan diri karena
takut kepada-Ku, maka Aku akan menanamkan iman dengan kuat dalam hati mereka
agar mereka akan merasakannya”.[10]
1.7 Kelembutan dan Kesabaran Nabi
Kelembutan dan kesabaran adalah dimensi lain dari sifatnya. Dia adalah cermin mengkilap di mana Allah
merefleksikan Rahmat-Nya. Kelembutan adalah refleksi dari kasih-sayang. Allah
menjadikan Rasul-Nya lembut dan halus, dan karena itu membuat dirinya mampu
mengajak banyak orang untuk memeluk islam dan mengatasi begitu banyak
rintangan.
1.7 Kesaksian orang-orang musyrik pada awal
Bi’tsah[11]
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam shahih-nya dari ibnu Abbas
Ra. Dia berkata, tatkala turun ayat:
“Dan
berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat...(Asy Syu’ara 214)
Rasulullah SAW segera naik ke atas bukit Shafa, kemudian beliau berseru:
“Hai Bani Fihr, Bani Adiy, dan suku Quraisy yang lain..” Beliau memanggil
orang-orang dari suku-suku Quraisy sehingga mereka berkumpul. Orang yang
berhalangan datang mengutus wakilnya untuk melihat ada apa gerangan. Tibalah Abu
lahab bersama beberapa orang Quraisy lainnya, kemudian Rasulullah berkata
kepada mereka, “Jika kalian kuberitahu bahwa di lembah sana terdapat pasukan
berkuda hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menyahut,
“Ya”, kami belum pernah menyaksikan anda berdusta”. Kemudian beliau
melanjutkan, “sesungguhnya aku datang untuk memberi peringatan kepada kalian
bahwa di depan kalian terdapat siksa yang keras!” mendengar itu Abu Lahab
berteriak, “Binasalah engkau selama-lamanya! Untuk itulah engkau mengumpulkan
kami?” maka saat itulah turun surat Al-Lahab.
1.8 Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan[12]
Akhlak Rasulullah SAW sebagai seorang manusia
secara pribadi, dapat kita contoh dalam kegiatan Beliau sehari-hari, mulai dari
cara beliau tidur, makan, minum, berjalan, tersenyum, berbicara, marah,
tertawa, beribadah pada-Nya, dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW Makan dan Minum
Rasulullah SAW selalu memulai makan atau minum
dengan membaca basmalah, menggunakan tangan kanan. Beliau juga sangat memperhatikan
kehalalan dan kesederhanaan makanannya. Rasul hanya makan makanan yang
dihalalkan oleh-Nya, sedangkan kesederhanaan yang dimaksud di sini adalah dari
segi jumlahnya, Beliau tidak makan berlebihan, beliau makan di saat lapar dan
berhenti sebelum kenyang.
Rasulullah SAW Tersenyum, dan Berbicara
Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat
mulia akhlaknya, manis sikapnya, dan sangat terjaga ucapannya. Beliau selalu
tersenyum dan menyapa siapa saja yang dijumpainya. Beliau tidak berbicara
kecuali yang penuh manfaat, dan menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara
sia-sia. Cara berbicaranya sangat tenang, sehingga ucapannya jelas, dan
tujuannya yang ingin disampaikannya pun bisa dimengerti oleh siapa saja yang
menjadi pendengarnya
Rasulullah SAW Berjalan dan Bergaul
Rasulullah SAW selalu berjalan dengan sikap
yang wajar dan optimis, tidak bersikap sombong atau takabur di hadapan orang
yang ditemuinya. Beliau selalu mendahului untuk menyapa dan mengucapkan salam;
jika ada orang yang menyapa maka beliau akan berpaling dengan seluruh tubuhnya
menghadap orang yang menyapanya. Beliau juga sangat menjaga pandangan terhadap
laki-laki maupun perempuan. Rasul pun melarang berbaurnya laki-laki dan
perempuan di jalanan.
Pemalu dan Merendahkan Pandangan Mata
Yang dimaksud pemalu adalah sikap kesopanan
yang menjadikan seseorang mamalingkan muka terhadap hal-hal yang tidak
disukainya atau dari sesuatu yang sepantasnya. Sedangkan yang dimaksud
merendahkan pandangan mata adalah menghindarkan pandangan mata dari sesuatu
yang tidak dapat dibenarkan oleh kebanyakan manusia
Nabi Muhammad adalah orang yang paling pemalu
dan bersikeras menghindarkan mata nya dari melihat anggota badan yang bersifat pribadi.
Abu Sa’d al-khudri berkata : “ Rasululallah
adalah lebih pemalu daripada gadis pingitan. Ketika beliau tidak menyukai
sesuatu, kami segera mengenali dari raut muka nya [13]
Belas Kasih dan Penyayang
Sehubungan dengan belas kasih, lemah lembut
dan pembawa rahmat bagi seluruh makhluk, Allah berfirman: “Sesungguhnya telah datang
kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan keselamatan bagimu, amat belas kasih lagi penyayang kepada
orang-orang mu’min (9:128), dan firmannya: “Dan tidaklah Kami mengutusmu
melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam” (21:107).
Kerendahan hati nabi
Abu umama berkata : “ Rasululallah SAW datang
kepada kami yang sedang bersandar pada sebuah tiang lalu kami berdiri untuk
menghormat kedatangan beliau. Kemudian nabi bersabda : “ jangan lah bangkit (berdiri)
sebagaimana bangsa perssi berdiri untuk memperlihatkan ketinggian
masing-masing”..
Beliau bersabda ; “ saya seorang hamba, saya
makan dan wudhu sebagaimana seorang hamba makan dan duduk”.
Selalu tawakal kepada Allah SWT (tercermin
ketika nabi muhammad SAW selalu mendapat tantangan dan cobaan disetiap harinya)
Pandai menghargai
Ada sepenggal kisah ketika ada sahabat
terlambat datang ke Majelis nabi. Tempat
sudah penuh sesak. Ia meminta izin untuk mendapatkan tempat, namun sahabat yang
lain tidak memberinya tempat. Ditengah kebingungannya , rasul memangil nya .
Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak
cukup sampai disitu Rasul melipat sorbannya lalu di berikan kepada sahabatnya
tersebut untuk dijadikan alas untuk duduk. Sahabat tersebut dengan berlinang
air mata menerima sorban tersebut namun
tidak mennjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban nabi. Lihat
lah bagaimana nabi menghargainya sampai sampai sahabatnya menangis karena
tersanjung.
Adil, Jujur dan Terpercaya.
Nabi Muhammad adalah orang yg paling
terpercaya, adil, santun dan jujur. Bahkan pihak lawan dan musuhnya mengakui
pribadi nabi tersebut sebelum menjadi rasul masyarakat mekah memberinya gelar
Al-Amin (Orang Bijak dan Terpercaya). Ibn Ishaq berkata: “Dia mendapatkan gelar
Al-Amin lantaran sifat-sifat utama yg dikumpulkan Allah pada dirinya”.
Dalam hal ini Allah berfirman: “Yang ditaati
disana (Alam malaikat) lagi terpercaya” (81:21). Sebagian besar Mufassir
berpendapat ayat tersebut merujuk pada Nabi Muhammad SAW.[14]
1.9 Kepribadian
Nabi Muhammad SAW memiliki kepribadian yang
sangat menarik sehingga semua sahabat mencinntai nya lebih dari apapun yang ada
di dunia ini.
Beliau diberi wajah yang menarik dan setiap
orang menghormatinya. Sewaktu mudanya, semua orang di kurais menamakannya
“Siddik dan Amin dan beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua
orang,termasuk para pemimpin Mekkah. Ketika beliau mulai melakukan tugasnya
mengajak orang ke jalan Allah, orang kurais mengirim Utba bin Rabia padanya
untuk mencari suatu kompromi. Ketika Utba berbicara padanya dan Muhammad
membacakan beberapa ayat padanya , Utba kembali dan mengatakan pada kaumnya
orang kurais, “Turutilah nasihatku dan jangan ganggu beliau”.
Mereka berkata, “ Nabi telah menyihirmu dengan
lidahnya”
Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara
yang demikian memikat dan menonjol, sehingga siapapun yang pergi kepadanya
pasti akan kembali dengan keyakinan akan ketulusan dan kejujuran pesannya.[15]
1.10 Kebijaksanaan terhadap Bangsa Yahudi
Sifat-sifat Muhammad sendiri yang pengasih, rendah hati, baik dan ramah
menyebabkan beliau disukai oleh banyak orang yahudi dan memperoleh tempat
terhormat dan terpandang mereka. Karena sifat-sifat yang mulia inilah Muhammad
dapat mengadakan suatu perjanjian pertahanan bersama dengan orang yahudi
Mekkah. “Hai Nabi! Ajaklah orang-orang untuk mengikuti jalan Tuhanmu dengan
bijaksana dan bahaslah segala sesuatu dengan mereka dengan cara yang sebaik munkin” (16:125)[16]
Nabi telah menjalankan kebijaksanaan yang
bersahabat terhadap orang Yahudi, yang didasarkan pada kebijaksanaan, keharusan
dan kebutuhan pada waktu itu. Sesungguhnya, beliau sangat lembut, ramah dan
baik pada mereka dan berusaha sakuat tenaga untuk mendapatkan persahabatan dan
dukungan mereka.
Beliau memperlakukan mereka dengan baik, dan
menghargai mereka sebagai pengikut kitab suci yang terhormat, namun mereka
namun mereka tidak memperdulikan kemauan baiknya, dan bahkan melanggar
perjanjian yang dibuat dengan nabi dan melakukan segala jenis kegiatan
bermusuhan, pengkhianatan, agresi dan persekongkolan dengan musuh pihak
muslim[17]
1.11 Penilaian atas diri Muhammad sebagai
seorang Pemimpin Militer
Muhammad adalah seorang utusan Tuhan dan
seorang pendidik bagi ummat manusia yang ingin mengajarkan pada ummat pada
ummat manusia jalan hidup yang betul dan membimbingnya ke jalan kebenaran,
kebaikan, keadilan dan perdamaian.[18]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu. Selain itu, akhlak merupakan
satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur ketinggian akal dan nurani
seseorang.
Nabi kita Muhammad SAW, adalah orang yang
paling sempurna kemuliaan dan keharmonisan dirinya, sehingga Allah memujinya
dengan firman: “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (berakhlak) yang
agung”.
Saran
Alangkah baiknya setelah kita mempelajari dan
mempahami ahlak nabi muhammad, dan kita meladani ahlak nabi dalam kehidupan
sehari-hari dalam bentuk amalan perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
Malik,Abdul ali al-kulaib.1992.’Alamatun
Nubuwwah.Jakarta:Gema Insani Press
Ibn Musa Al yahsubi,Qodi ‘Iyad.2002. Keagungan
kekasih Allah Muhammad SAW.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada.
Azra,Asyumardi.2002.Kehidupan rosulullah
Muhammad SAW.Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada.
www.AnneMone.blogspot.com
www.IslamInstitutNews.com
Mustofa,Ahmad.1997.Akhlak
Tasawuf.Bandung:Pusaka Setia
Abdullah,Yatimin.2007.Study Akhlak dalam
Perspektif Al-Qur’an.Jakarta:Amzah
M. Fethullah Gulen. 2002.Versi Terdalam
Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW .Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada.Terj: Tri
Wibowo Budi Santoso.
Rahman afzalur. 1991.Nabi Muhammad sebagai
seorang Pemimpin Militer (Jakarta BUMI ASKARA agustus)
[1] A. Mustofa, Akhlak Tasawuf,(Bandung:Pusaka
Setia, 1997), hlm. 11.
[2] Qody Iyad Ibn Musa Al Yahsubi, Keagungan
Kekasih Allah Muhammad SAW, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2002), Hlm 82.
[3] Yatimin Abdullah, M.A, Study Akhlak dalam
Perspektif Al-qur’an,(Jakarta:Amzah, 2007), hlm 12.
[4]
AnneAhira.com diakses tanggal 09 september 2014,17:27 wib
[5] M. Fethullah Gulen, Versi Terdalam
Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW (Jakarta: Pt. RajaGrafindo Persada,
2002),Terj: Tri Wibowo Budi Santoso, Hal 35
[6] Ibid., Hal 39
[7] Ibid., Hal 62-63.
[8] Ibid., Hal 65
[9] Ibid., Hal 64
[10] Ibid., Hal 70-71
[11] Malik Ali Al Kulaib Abdul, ‘Alamatun
Nubuwaah,(Jakarta:Gema Insani press,1992),hal 38
[12] AnneMone.blogspot.com, diakses 09
september 2014,17:20 wib
[13]Qody ‘Iyad Ibn Musa Al Yahsubi,op.cit.,Hlm
99
[14]Ibid.,Hlm. 112-113
[15]Rahman afzalur, ‘ Nabi Muhammad sebagai
seorang Pemimpin Militer (Jakarta BUMI ASKARA agustus 1991 .Penerjemah ‘anas
siddik ‘ Hal
[16] Ibid.,hlm:268
[17] Ibid., hlm 271
[18] Ibid.,hlm 315
MAKALAH AKHLAK “AKHLAK KEPADA RASULULLAH”
Posted on Januari 18, 2015 by Annafi Muja
Standar
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur sebelumnya penulis
ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AKHLAK KEPADA
RASULULLAH” ini dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam tak lupa penulis
sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nanti – nantikan
di yaumul kiamah nanti.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
Bapak Khairunnas Rajab, M.Ag, selaku dosen
yang telah memberikan arahan kepada kami dalam rangka penyelesaian makalah ini.
Kepada orang tua yang telah memotivasi kami
sehingga makalah ini terselesaikan.
Kepada teman – teman dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam
penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan dan
penulisan makalah ini kedepannya.
Pekanbaru, Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak
kepada Rasulullah SAW, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik
kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak
baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda
dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status “Rasul” yang
disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus dalam
bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap
orang lain pada umumnya.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah
yang muncul adalah:
Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada
Rasulullah Saw ?, dan
Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw
?
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan
makalah ini adalah:
Menjelaskan mengapa kita wajib mencintai dan
taat kepada Rasulullah Saw.
Menjelaskan bagaimana cara berakhlak kepada
rasulullah.
BAB II
PEMBAHASAN
“Akhlak Kepada Rasulullah”
Allah berfirman :
لَقَدْ جَاءَ كُمْ رَسُولٌ مِّنْ أُنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ
عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِاُ لْمُؤْمِنِيْنَ رَءُ وْفٌ رَّحِيْمٌ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul
dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia)
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang
terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu
butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam, tentu kita wajib beriman kepada
Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini,
kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ
kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Ditinjau dari silsilah keturunannya, nama
lengkap Rasulullah adalah Abu Qasim Muhammad bin ‘abdillah bin ‘abdil
Muthathalib bin Khasyim bin Abdi Manaf bin Qushayy bin Khilab bin Murrah bin
Ka’ bin Lu-ayy bin Ghalib bin fihhr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas binMudhar bin Nizar bin Ma’add bin ‘adnan, dan
Adnan adalah salah satu keturunan Nabi Allah Isma’il bin Ibrahim al-Khalil. [1]
Beliau adalah penutup para nabi dan rasul,
serta utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak
boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik
makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan
kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan
membawa kebenaran dan petunjuk, yang diutus oleh Allah sebagi rahmad bagi alam
semesta.
Sebagaimana firman Allah :
وَمَآ أَرْسَلْنَكَ أِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَلَمِيْنَ
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad)
melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107). [2]
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan
kepadanya atas agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya.
Allah telah melindunginya dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah
ta’ala mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat
yang jelas, memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau
mengabarkan sebagian perkara ghaib.
KEWAJIBAN MENCINTAI RASULULLAH
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk
bagian dari iman, semua orang islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba
Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan
ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan
mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih dari
kecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka, sebagaimana
sabda Rasulullah :
لايؤمن أحدكم حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده
وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak beriman salah seorang
diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang
tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).[3]
Sebagaimana yang terdapat dalam kisah “Umah
bin Khaththab r.a., yaiu sebuah hadis dari sahabat ‘Abdullah bin Hisyam r.a, ia
berkata ’ :
“kami mengiringi Nabi dan beliau menggandeng
tangan ‘Umar bin Khaththab r.a,’ kemudian Umar berkata kepada Nabi, “Wahai
Rasulullah, sungguh engkau sangat kucintai melebihi apapun selain diriku”, maka
Rasulullah menjawab “tidak, demi yang jiwa ku berada ditangan-Nya, hingga aku
sangat engkau cintai melebihi dirimu”, lalu Umar berkata “Sungguh sekaranglah
saatnya, demiAllah engkau sangat kucintai melebihi diriku” maka Rasulullah
berkata : “sekarang engkau benar wahai Umar”. (H.R. Al-Bukhori).[4]
Allah swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى
يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai
Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31).[5]
Berdasarkan hadis-hadis diatas, maka mencintai
Rasulullah adalah wajib dan harus didahulukan daripada kecintaan kepada segala
sesuatu selain kecintaannya kepada Allah, sebab mencintai Rasulullah adalah
mengikuti sekaligus keharusan dalam mencintai Allah. Mencintai Rasulullah
adalah kecintaan karena Allah, ia akan bertambah seiring dengan kecintaannya
kepada Allah.
TAAT
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan
menjalankan apa yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah
rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan kita
untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan perintah
taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
يَـأيُّهَا اْلَذِيْنَ ءَامَنُواْ أَطِيْعُواْ اللَّهُ
وَأَطِيْعُواْ الرَّسُولُ…
“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah
Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..” (Q.S. Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yg beriman
dengan seruan “Hai orang-orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka
karena merekalah yg siap menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah
SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan
melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.
Kaum muslimin harus taat kepada Ulil Amri
apabila dalam memerintah mereka menyeru kepada yg ma’ruf dan mencegah yg
munkar. Akan tetapi jika mereka menyuruh kepada hal-hal yg dapat melalaikan
kewajiban untuk taat kepada Allah SWT atau bahkan menyuruh perbuatan yang
melanggar aturan Allah SWT maka tiap kita kaum muslimin tidak boleh menaatinya.
Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yg
ma’ruf dan tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam maksiat terhadap sang
Khaliq.
Jika terjadi perbedaan pendapat di antara kaum
muslimin atau antara mereka dengan Ulil Amri atau sesama Ulil Amri maka wajib
baginya mengembalikan persoalan itu kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yaitu dengan
merujuk kepada kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.[6]
Jika benar-benar beriman seseorang hanya akan
kembali kepada kitabullah dan unnah Rasul-Nya dalam menyelesaikan segala perkara
dan tidak akan berhukum kepada selain keduanya. Jika tidak maka iman seseorang
dapat diragukan dari ketulusannya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada
Allah dan hari akhir ia akan taat kepada Allah dan Rasul-Nya karena ia
mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui segala sesuatu
baik yang nampak maupun yang tersembunyi
Terkadang pula Allah mengancam orang yang
mendurhakai Rasulullah, sebagaimana firman-Nya :
…فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ،أَنْ
تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْيُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“… Maka hendaklah orang yang menyalahi
perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
(Q.S. An-Nur : 63).[7]
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya
ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah, atau siksa pedih didunia. Allah telah
menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan
kecintaan Allah dan amounan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan
mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Allah mengebarkanbahwa pada diri Rasulullah
terdapat teladan yang baik bagi segenap umatnya. Allah berfirman :
لَّقَدْكَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللَّهِ أُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ لِّمَنْكَانَ يَرْجُوْاْ اللَّهَ وَالْيَوْمَ الأَخِرَوَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيْرًا
“Sungguh, telah ada pada diri rasulullah itu
suri teladan yang baik untuk mu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmad)
Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah ” (Q.S.
Al-Ahzaab : 21).
Al-Hafizh Ibnu Katsir r.a. berkata : “ayat
yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang meneladani rasulullah Saw dalam
berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya.” Untuk itu, Allah Swt
memerintahkan manusia untuk meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan,
perjuangan dan kesabaran nabi dalam menanti pertolongan dari Rabb nya ketika
perang ahzab. Semoga Allah senantiasa mencurahkan salawat kepada beliau hingga
hari kiamat.[8]
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada
ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga
citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar biasa
kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama
kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat
kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan
jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah
swt berfirman:
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ
تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا
“Barang siapa yang mentaati Rasul,
sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Di dalam ayat lain, Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada
Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala)
amal-amalmu”. (QS 47:33).[9]
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah
dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah
diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang mati syahid dan
orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita
miliki, Allah swt berfirman:
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ
مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿ألنسا ٦٩﴾
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya) mereka itu akan bersama- sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin, orang yang mati syahid dan
orang yang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS 4:69).
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah
saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang
yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang dibawanya, yakni ajaran Islam
dianggap sebagai orang yang tidak beriman.
MENGHIDUPKAN SUNNAH
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau
tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan
ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang
harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati sunnahnya serta
mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
…وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَكُمْ
عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).[10]
Kemudian, Allah berfirman yang artinya :
“Berimanlah kamu sekalian kepada Allah dan
Rasul-Nya, Nabi yang ummi, yang beriman kepada Allah dan semua
firman-firman-Nya. Hendaklah kamu mengikutinya, niscaya kamu akan mendapatkan
petunjuk”. (7 : 157).
Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda : “Al-Qur’an
adalah berat dan sulit bagi orang-orang yang membencinya. Barangsiapa yang
berpegang teguh dengan apa yang aku katakan, memahami dan menguasaianya, maka
ia akan mendapatkan bahwa perkataanku adalah sama dengan al-qur’an. Barangsiapa
meremehkan dan mengabaikan al-qur’an serta perkataanku maka ia akan merugi
didunia ini dan diakhirat nanti. Ummatku diperintahkan menuruti perkataanku dan
perintahku dan mengikuti sunnahku. Barangsiapa rela terhadap perkataanku mestilah
ia rela terhadap al-qur’an”.
Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa menghadirkan sunnahku kedalam kehidupan maka sunggu ia telah
menghadirkanku kedalam hidupnya. Dan barangsiapa menghadirkan aku dalam
hidupnya ia akan bersama ku dalam surga”.
Kemudian ‘Amr ibn ‘Awf al-Muzani berkata bahwa
rasulullah mengakatakan bahwa Bilal ibn al-Harits : “ barang siapa meghidupkan
kembali sunnahku setelah wafatku ia akan menerima pahala dari semua orang yang
bertindak dengan sunnahku tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka.
Barang siapa memperkenalkan bid’ah sehingga Allah dan Rasul-Nya tidak berkenan
karenanya ia akan sama seperti mereka yang bertindak dengan beliau tanpa
mengurangi sedikitpun hukuman mereka.”.[11]
Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak
akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah
dan sunnahku (HR. Hakim).
Selain itu, Rasul Saw juga mengingatkan
umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya, beliau bersabda:
”Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku,
akan terjadi banyak pertentangan. Oleh karena itu,. Kamu semua agar berpegang
teguh kepada sunnahku dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada
petunjuk-petunjuk tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena
setiap yang baru itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan
itu di neraka”. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).
Al-Hasan ibn al-Hasan meriwayat bahwa
Rasulullah bersabda : “Mengerjakan perkara kecil yang tergolong sunnah adalah
lebih baik daripada melakukan banyak hal yang tergolong bid’ah.”.
Al-‘Irbad Sarriya menyampaikan peringatan
Rasulullah “Kamu haruslah mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang
tertunjuki. Berpegang teguhlah kepada-Nya denga kuat dan berhati-hati terhadap
hal-hal yang baru. Hal-hal baru ini adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat”. Jabir menambahkan “setiap kesesatan berada dalam neraka.”
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada
diluar perintah Allah Swt dan Rasul-Nya, akan tetapi banyak hal yang
membuktyikan, bahwa Nabi membenarkan banyak persoalan yang sebelumnya belum
pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk amalan,
baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar
syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan
mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah
sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada
niat dan setaiap manusia akan mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang
hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan)
itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah
dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan
setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah :
“barang siapa yang didalam agama kami
mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu
apakah yang baru diakukan itu membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama
atau tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah
memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar
mengenai suatu amalan , adalah kata-kata sebagai berikut : Rasulullah tidak
pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak ada
satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik
kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa
harus kita yang melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa
hal baru seperti tahlilan atau berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah
sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah,
antara lain adalah :
Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah
saw sendiri menganjurkan atau menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan
bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini
adalah sunnah rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara
dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis
rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum
pernah mendengar rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
Sunnah Fi’liyah : sunah yan ada dalilnya dan
pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis,
makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
sunnahTaqriyyah : sunah dimana Rasulullah
tidak pernah melakukan secara langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya.
Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para
sahabat yang saat dilakukan rasulullah mendiamkannya saja.[12]
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum
pernah dilakukan nabi dan para sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak
pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan
mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama yang
melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang menganjurkan
agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan amal
ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan
dengan islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
…وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَكُمْ
عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah
kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7). [13]
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk
tidak melakukan segala sesuatu jika telah tegas dan jelas larangannya.
Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan
oleh bukhari :
“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka
lakukanlah semampumu dan jika aku melarangmu melakukan sesuatu, maka
jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa
bid’ah yang dianggap sesat adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak
diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan dengan yang telah disyari’atkan oleh
islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah sengaja shalat tidak menhadap
kiblat, mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang lebih banyak terjadi
adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang yang telah meninggal
dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji.
Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada dalam islam dan itu
menyimpang dari stari’at islam.
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul
menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah
Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
Istigfar setiap waktu
Menjaga wudhu
Bersedekah
Shalat dhuha
Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “
Rasulullah Saw bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ
المُحَرَّمُ وَأَضَلُ الصَّلاَ ةِ بَعْدَالفَرِيْضَة صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah
puasa dibulan Muharram dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardu ialah
shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163).[14]
MEMBACA SHALAWAT DAN SALAM.
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah
atas umatnya adalah agar mereka mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau.
Allah Swt dan para malaikat-Nya telah bershalawat kepada beliau dan Allah
memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mengucapkan shalawat dan taslim kepada
beliau.
Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلئِكَتَهُ, يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ,
يـآيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُواْصَلُّواْعَلَيْهِ وَسَلِّمُواْتَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.’”
(Q.S. Al-Ahzab : 56).
Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata
bershalawat berarti memohonkan rahmad dengan demikian shalawat berarti rahmad
dari Allah sedang shalawat malaikat berarti pengagungan dan permohonan rahmad
Allah untuknya.[15]
Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw
hendaklah seseorang menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu,
hendaklah tidak membatasi dengan salah satunya saja. Misalnya dengan
mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau
hanya mengucapkan ‘alaihissalam (semoga dilimpahkan untuknya keselamatan)”.
Jadi digabung : “washshalaatu wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli
wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad, atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal
itu karena Allah memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw,
diperintakan oleh syari’at pada waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang
hukumnya wajib dan sunnah muakaddah. Diantara waktu itu adalah ketika shalat
diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at dan
khutbah hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan
keluar masjid, jugaketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum
muslimin tentang tata cara mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar
memperbanyak shalawat kepadanya pada harijum’at, sebangaimana sabdanya :
أَكْثِيْرُ الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ،
فَمَنْ صَلّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهِ عَشْرًا
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku
pada hari dan malam jum’at, barang siapa yang bershalawat untukku sekali,
niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali.”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa
manfaat dari membaca shalawat kepada Nabi, diantaranya adalah :
Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada
perintah Allah
Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai
yang bershalawat sekali untuk beliau
Diharapkan dikabulkannya do’a apabila
didahului dengan shalawat
Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat
dari Nabi, diiringi permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan
yang tinggi) kepada beliau pada hari kiamat
Sebab diampuninya dosa-dosa
Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab
orang yang mengucapkan shalawt dan salam kepadanya.
Para ulama ahlus sunnah telah banyak
meriwayatkan lafadz-lafadz shalawat yang shahih, sebagaimana yang telah
diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya, diantaranya :
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَهِيْنمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِبدٌ مَجِيْدٌ
“Ya, Allah berikanlah shalawat kepada Muhammad
dan keluarga Muhammad , sebagaimana engkau telah memberikan shalawat kepada
Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Ya Allah berikanlah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana
Engkau telah memberikan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”[16]
MENCINTAI KELUARGA NABI
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia
dan berlepas diri dari musuh mereka, adalah masalah penting yang telah
diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama.
Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda yang berat dan
berharga, sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia
sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama
adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul
baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga al-Haudh.” (HR. Muslim
dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).[17]
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi.
Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi
hanya mewariskan ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah
mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian yang besar”. (HR. Abu daud dan
Tirmidzi)
Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi,
maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk
beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian sebagaimana yang
telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita hormati.
Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang
sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai
jalan kebebasan, pintu keselamatan, dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga
mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati mereka.
Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar
Rasulullah Saw bersabda’: “Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti
kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya
tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kepala, dan begitu juga
kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang
di istilahkan sebagai ahlul bait manfaatnya kembali kepada orang yang
melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan ini merupakan upah dari
Allah Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana firman Allah,
“katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku,
kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah
kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang mendorong manusia kepada maqam
kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu kebahagiaan abadi.[18]
Mengenai ruang lingkup ahli bait ini, para
ulama masih berbeda penafsiran. Antara lain adalah :
Menurut ahlus sunnah, cakupan ahli bait sangat
luas dan beragam, mulai dari Ali, Hasan, Husein dan keturunannya, istri-istri
Nabi saw., keluarga ja’far dan keluarga Abbas, serta bani Abdul Muthalib dan
Bani Hasyim. Kepada a-‘Abbas Nabi bersabda: “Demi Allah yang jiwaku dalam
kekuasaan-Nya, keyakinan tidak akan munculah didalamhati seseorang sampai dia
mencintai Allah dan Rasulullah. Barang siapa mencelakai paman saya ini berarti
mencelakai saya. Seorang paman adalah seperti ayah sendiri”
Nabi juga berkata kepada al-‘abbas :
“Berkanlah makanan kepada Ali dengan makanan yang engkau berikan kepada
anak-anakmu, wahai pamanku.”. kemudian nabi mengumpulkan mereka dan menyelimuti
mereka dengan jubahnya, sambil berkata, “Ini adalahpamanku dan layaknya ayahku
dan mereka adalah Ahlul Baitku, jadi lindngilah mereka dari api neraka seperti
saya menyelimuti mereka” Pintu dan dinding menjawab, Amin ! Amin !”.
Nabi sering menggandeng tangan Usamah ibn Zayd
dan al-Hasan dan berkata : “cintailah mereka ya Allah, sebagaimana saya
mencintai mereka”.
Abu bakar berkata : “Hormatilah nabi muhammad
dengan menghormati Ahlul Baitnya”, ia juga berkata : “Demi Allah jiwaku dalam
kekuasaan-Nya, kerabat terdekat Rasulullah lebih aku sayangi daripada kerabat
dekatku sendiri.”
Rasul bersabda : “Allah mencintai siapa yang
mencintai Hasan”.
Nabi juga bersabda : “Barang siapa mencintai
dua orang tersebut dan ayah serta ibu mereka akan bersamaku pada hari
kebangkitan”.
Rasulullah bersabda : “barang siapa
merendahkan quraysh Allah akan merendahkan mereka”.
Rasulullah bersabda : “Cintailah kaum Quraysh
dan janglah mendahului mereka”.
Kepada Ummu Salamah Nabi bersabda : “Janganlah
melukaiku denagn menyakiti Aisyah”.[19]
Sedangkan bagi kalangan Syiah, istilah ahli
bait lebih sempit lagi. Yaitu berkisar kepada 12 imam : Ali, Hasan, Husein dan
9 keturunan Husain.
Menurut Asy-Syeikh DR, Muhammad Abduh
Al-Yamani menyimpulkan bahwa keluarga nabi saw., terdiri dari Fatimah, Ali,
Hasan, Husain dan para keturunannya. Sedangkan istri Rasulullah juga termasuk
keluarga Nabi Saw berdasarkan keumuman ayat Al-Qur’an serta konteks hadist.
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dari zaid bin Arqam r.a. disimpulkan bahwa diantara mereka yang termasuk ahli
bait adalah anggota keluarga beliau ayng diharamkan menerima sadaqah yaitu
keluarga Ali, keluarga Uqoil, keluarga Ja’far, keluarga Abbas. Sesungguhnya
istri-istri beliau juga termasuk dalam anggota ahlul bait.
Adapun istri-istri Rasulullah Saw dalam
pendapat yang Raajih (benar) maka sesungguhnya mereka masuk kepada keluarga
nabi. Sebagaimana firman Allah yang memerintahkan tentang berhijab kepada
istri-istri Nabi, “Sesungguhnya Allah berkehendak untuk menghilangkan kekejian
dari kalian Ahlul bait (keluarga Rasulullah Saw) dan mensucikan kalian
sesuci-sucinya.” (Q.S)
Dalam kitab: ‘Alimu Awladakum Mahabbata Ahli
Baitin Nabiy dijelaskan bahwa yang tergolong ahlul-bait adalah Sayyidatuna
Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan dan Sayyinina Husain radhiyallahu
‘anhum.
Begitu pula istri-istri Nabi merupakan
keluarga Nabi berdasarkan ke umuman ayat Al-Qur’an, serta manthuq (arti
tersurat) hadits yang menerangkan tentang anjuran membaca shalawat kepada Nabi,
istri dan keluarga beliau.
Yakni firman Allah SWT “Nabi itu lebih utama
bagi orang mukmin daripada diri mereka sendiri. Dan Istri-istri Nabi adalah ibu
mereka.” (QS. al-Ahzab: 6)[20]
Sedangkan sahabat Nabi adalah orang yang
pernah bertemu Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup walaupun sebentar,
dalam keadaan beriman dan mati dengan tetap membawa iman.
Dalam keyakinan kita Ahlussunnah wal Jama’ah
(Aswaja), mencintai keluarga dan sahabat Nabi SAW, sekaligus memberikan
penghormatan khusus kepada mereka merupakan suatu keharusan. Ada beberapa
alasan yang mendasari hal tersebut.
Pertama, mereka adalah generasi terbaik Islam,
menjadi saksi mata dan pelaku perjuangan Islam. Bersama Rasulullah SAW
menegakkan agama Allah SWT di muka bumi. Mengorbankan harta bahkan nyawa untuk
kejayaan Islam. Allah SWT meridhai mereka serta menjanjikan kebahagiaan di
surga yang kekal dan abadi Firman Allah SWT yang artinya:
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan
janganlah kemu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang
dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta??atilah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilanghkan dosa dari kamu,
hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS al-Ahzab: 33)
“Orang-orang terdahulu lagi yang pertama
(masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada
Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.” (QS at-Taubah : 100)
Kedua, Rasulullah SAW sangat mencintai
keluarga dan sahabatnya. Dalam banyak kesempatan, Rasulullah selalu memuji para
keluarga dan sahabatnya, melarang umatnya untuk menghina mereka.
“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW
bersabda, “Janganlah kalian mencaci para sahabat, janganlah kalian mencaci
sahabatku! Demi Dzat Yang Menguasaiku, andaikata salah satu diantara kalian
menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, maka (pahala nafkah itu) tidak akan
menyamai (pahala) satu mud atau setengahnya dari (nafkah) mereka.” (HR
Muslim).[21]
Dari sinilah, mencintai keluarga dan sahabat
Nabi adalah mengikuti teladan Rasulullah SAW yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari mencintai Nabi SAW.Ketiga, tuntunan dan teladan ini juga
diberikan oleh keluarga dan sahabat Rasul sendiri. Di antara mereka terdapat
rasa cinta yang mendalam, antara satu dengan lainnya saling menghargai dan
menghormati.
BERZIARAH KEMAKAM RASULULLAH
Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan
sunnah, yakni amalan yang sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar
mengatakan bahwa Nabi Muhammad bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah
kemakamku, maka ia dijamin akan mendapat syafaatku.” [22]
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan
emas bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di
Haramain (Makkah dan Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat
lainnya. Maka para jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah
SAW.Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku
setelah aku meninggal dunia, maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku
ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut
Thalibin menyatakan: ”Berziarah ke makam Nabi Muhammad merupakan salah satu
qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu, sudah selayaknya untuk
diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak
berziarah padahal dia telah diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi
mereka yang telah melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang
harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka
datang dengan kepala dijadikan kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah
ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus
diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan
Rasullullah SAW kepada kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah
SAW yang melarang umat Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta,
atau sebagai berhala yang disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah
SAW bersabda: “Janganlah kamu jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan
janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku.
Karena shalawat yang kamu baca akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.”
(Musnad Ahmad bin Hanbal: 8449)
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid
Muhammad bin Alawi Maliki al-Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu
berkomentar : “Sebagian ulama ada yang memahami bahwa yang dimaksud (oleh
hadits itu adalah) larangan untuk berbuat tidak sopan ketika berziarah ke makam
Rasulullah SAW yakni dengan memainkan alat musik atau permainan lainnya,
sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang seharusnya
dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk menyampaikan
salam kepada Rasul, berdo di sisinya, mengharap berkah melihat makam Rasul,
mendoakan serta menjawab salam Rasulullah SAW.
(Itu semua dilakukan) dengan tetap menjaga
sopan santun yang sesuai dengan maqam kenabiannya yang mulia.” (Manhajus Salaf
fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat-Tathbiq, 103)[23]
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan
mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi
salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada beliau.
DAFTAR PUSTAKA
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2013. Syarah
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bogor : Pustaka Imam As-syafi’i.
‘Iyad Qodi Ibn Musa Al Yahsubi. 2002.
Keagungan Kekasih Allah ‘Muhammad Saw’. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Abdullah Thaha Al-‘afifi. 2007. Sifat dan
Pribadi Muhammad Saw. Jakarta : Darul al-‘arabiyyah.
http://bobhasan.wordpress*com/2011/06/28/5-contoh-contoh-bidah-yang-diamalkan-sahabat/g.
http://pondok-Abdusshomad*wordpress/about-akhlak
-kepada-rasul.
Salamullah, Alaika. 2008. Akhlak Hubungan
Vertikal. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Putra, semarang. Akhlak kepada Rasul.
http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.
http://www.google*com.id/m/search?q=hadis-sahih-tentang-puasa-muharram.
Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai Keluarga
Rasulullah.http://buletinmitsal.wordpress*com/about/m/mencintai-keluarga-rasul.
[1]
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 245.
[2] Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 246.
[3] Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 249.
[4] Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan
Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 375.
[5] M.alaika Salamullah, Akhlak Hubungan
Vertikal, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008, hm. 39.
[6] Putra, Semarang, Akhlak kepada Rasul.
http://www.eramuslim*com/syariah/tsaqofah-islam/drs-h-ahmad-yani-ketua-lppd-khairu-ummah-akhlak-kepada-rasul.
Tgl. 30 . 10 . 2014.
[7] Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 261.
[8] Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 262.
[9] KH Muhyiddin Abdusshomad, akhlak kepada
Rasul, http://pondok-Abdusshomad.wordpress/about-akhlak -kepada-rasul. Tgl. 30.
10 . 2014.
[10] M.alaika Salamullah, Akhlak Hubungan
Vertikal, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008. hlm. 51-52.
[11] Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan
Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 366 –
368.
[12] Bob, Hasan.
http://bobhasan.wordpress*com/2011/06/28/5-contoh-contoh-bidah-yang-diamalkan-sahabat/g.
Tgl . 30 . 10. 2014
[13] M.alaika Salamullah, Akhlak Hubungan
Vertikal, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008, hm. 52
[14]
http://www.google.com.id/m/search?q=hadis-sahih-tentang-puasa-muharram. Tgl.
30. 10 . 2014.
[15] Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan
Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 419.
[16] [16]
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
Pusttaka Imam asy-syafi’i, Bogor, 2013, hlm. 264-266.
[17] M.alaika Salamullah, Akhlak Hubungan
Vertikal, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008, hm. 42-43.
[18] Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai
Keluarga
Rasulullah.http://buletinmitsal.wordpress.com/about/m/mencintai-keluarga-rasul.
Tgl. 30. 10. 2014
[19] Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan
Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.
406-407.
[20] Thaha Abdullah Al-‘Afifi, sifat dan
pribadi Muhammad, Darul Afaq al-Arabiyyah, Jakarta, 2007. Hlm : 8.
[21] Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai
Keluarga
Rasulullah.http://buletinmitsal.wordpress*com/about/m/mencintai-keluarga-rasul.
Tgl. 30. 10. 2014
[22] Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan
Kekasih Allah, Muhammad Saw, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 453.
[23] KH Muhyiddin Abdusshomad, akhlak kepada
Rasul, http://pondok-Abdusshomad*wordpress/about-akhlak -kepada-rasul. Tgl. 30.
10 . 2014.
No comments for "LIHAT RAHASIA : Contoh Makalah Kemuliaan Nabi Muhammad SAW (cerita sejarah, proses perjalanan hidup, lahir sampai wafat, bukti kerasulan, kisah teladan)"
Post a Comment