LIHAT RAHASIA : Contoh Makalah Singkat tentang Masa Abu Bakar As-siddiq (keteladanan, kliping, biografi, latar belakang, strategi dakwah)
Kumpulan contoh struktur makalah penelitian untuk mahasiswa-sma-smp lengkap
- makalah keteladanan abu bakar
- kliping abu bakar as siddiq
- biografi abu bakar
- latar belakang abu bakar as-sidiq
- makalah strategi dakwah abu bakar
- strategi dakwah abu bakar assidiq
- latar belakang abu bakar as siddiq
- kata pengantar abu bakar
-contoh makalah penelitian
-contoh makalah singkat
-contoh makalah mahasiswa lengkap
-contoh makalah pdf
-contoh makalah bahasa indonesia
-kumpulan contoh makalah yang baik dan benar
-contoh makalah pkn
-contoh makalah penelitian ilmiah
-contoh makalah singkat pdf
-makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat sma
-makalah singkat tentang internet
-contoh makalah sederhana
-contoh makalah singkat tentang lingkungan hidup
-contoh makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat tentang narkoba
Contoh Makalah Singkat tentang Masa Abu Bakar As-siddiq
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Abu Bakar
Ash-Shiddiq merupakan sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang mendapat
gelar Asabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam.
Beliau juga mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang
membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah. Nabi Muhammad
SAW wafat pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat
itu, Beliau berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan
umat Islam sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk
calon penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak
dicalonkan sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum
Anshar.
Kaum Muhajirin
berpendapat bahwa merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW.
Mereka mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang
menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum
muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka
memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang
yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain,
kaum Anshar berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan
posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat
berkembang dan mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan
mendapat pertolongan kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin
Ubadah sebagai pengganti.
Perbedaan
pendapat antara dua kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai
setelah Umar bin Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan
bahwa yang paling berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang
Quraisy. Alasan tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin
Khatab membaiat Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad
bin Ubadah.
Setelah
pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam mendapat
pemimpin baru yang mengatur segala permasalahan kehidupan. Di masa pemerintahan
beliau terdapat beberapa peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu,
penolakan untuk mengeluarkan zakat dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan
yang ada dapat ditangani beliau dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap
tumbuh pada masa pemerintahan beliau walaupun banyak hambatan dan rintangan
meliputi era kekhalifahan beliau.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan Silsilahnya
1. Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Abu Bakar
adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu
masuk Islam daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali
memeluk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk
Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman
Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin
dibandingkan dengan keislaman lainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan
semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah.Dengan keislamannya maka masuk
mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad
bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah.
Sebelum masuk
Islam, ia dipanggil dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang
nama ini. Ummul Khair, ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan
anak laki-laki. Namun setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula
mereka meninggal. Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya
yang hidup untuk mengabdi pada Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu
Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain yaitu Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah,
Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah
memanggilnya dengan sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari
predikat pelopor dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal.
Nama Abu Bakar
ash-Shiddiq sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab
bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy
at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ai.
Dan ibunya
adalah Ummu al-Khair Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.
Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi
kuniyah (sebutan panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar
ash-Shiddiq digelari Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah
bahwa anak-anak dari Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua
Mu’taq dan ketiga Utaiq.[1]
B. Perjuangan
Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Berdakwah
1. Abu
Bakar Ash-Shiddiq Sebelum Masuk Islam
Sosok Abu Bakar
Ash Shiddiq dikenal sebagai sahabat dekat Rasulullah, dan merupakan orang yang
paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi orang yang sangat berjasa besar
dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar
dilahirkan setelah tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari Rasulullah karena
Rosul dilahirkan di tahun Gajah. Tetapi para ulama bersilang pendapat mengenai
jarak waktu antara tahun gajah denga waktu kelahiran beliau. Diantara ulama ada
yang berpendapat bahwa beliau dilahirkan 3 tahun selepas tahun Gajah, ada yang
mengatakan 2 tahun 6 bulan, ada yang berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa
menetapkan jumlah bulannya.
Beliau hidup
dalam lingkungan keluarga yang baik dan mulia di antara kaumnya. Bahkan Abu
Bakar temasuk salah satu pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi orang
yang mulia dan terkemuka di kaumnya. Bahkan sebelum Islam Abu Bakar terkenal
sebagai orang yang mampu menjaga diri dari perilaku-perilaku jahiliyah seperti
minum khamar, zina, dan bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang
tidak pernah bersujud kepada berhala.
Dalam hal
keilmuan pun Abu Bakar terkenal seorang ahli nasab. Dia bahkan menjadi rujukan
dan guru para ahli nasab di zamannya seperti ‘Uqail bin Abi Thalib dan yang
lainnya.
2. Abu Bakar
Ash-Shiddiq Setelah Masuk Islam
Abu Bakar
termasuk orang yang menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud
kepada berhala dan bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan
fitrah yang suci. Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan
perjalanan jauh ke berbagai wilayah. Dalam perjalanannya inilah beliau selalu
berhubungan dengan penganut berbagai agama demi mencari agama yang paling benar
sesuai fitrah manusia. Maka banyak penulis yang sering menuliskan bahwa
keimanan Abu Bakar lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang
lurus sesuai fitrah.
a. Sampainya
Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar
merupakan orang yang sangat dekat dan memiliki hubungan yang kuat dengan
Rasulullah Muhammad Saw di masa jahiliyah. Maka ketika Rasulullah mengajaknya
kepada Islam Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang langsung menerima Islam
tanpa sedikitpun keraguan. Adapun kisah keislaman beliau adalah sebagai
berikut:
Kemudian
Abu Bakar menemui Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah benar yang dikatakan
oleh kaum Quraisy wahai Muhammad? Bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan
kami, membodohkan akal kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah
menjawab: “Benar, sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah
mengutusku untuk menyampaikan risalahNya dan mengajakmu menuju Allah swt dengan
benar. Demi Allah swt ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu
Bakar kepada Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan janganlah engkau
menyembah selainNya dan agar selalu setia dalam ketaatan kepada-Nya. Kemudian
rasul membacakan Al-Quran dan Abu Bakar tidak mengakui dan tidak pula
mengingkari. Kemudian dia masuk Islam dan mengingkari berhala dan mengakui
kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang dalam keadaan sebagai seorang mukmin.
b. Perannya
setelah masuk Islam
Setelah
menyatakan dirinya masuk Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat besar
peranannya dalam penyebaran risalah dan dakwah Islam. Banyak dari
sahabat-sahabat besar yang masuk Islam melalui Abu Bakar Ash Shiddiq.
Diantaranya adalah Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,
Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin
Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l Arqam. Abu Bakar juga mengajak keluarganya untuk
memeluk Islam.
Abu Bakar
menjadi pendamping Rasulullah dalam perjalanan dakwah beliau. Abu Bakar belajar
bahwa Islam adalah amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup
dengan sekedar percaya belaka, namun lebih dari itu keimanan takkan pernah
sempurna sehingga seorang muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah
SWT
Dan Abu Bakar
pun menjadi sahabat Rasulullah yang berperan sangat besar dalam penyebaran risalah
Islam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Bahwa ketika umat
Islam masih berjumlah 38 orang, Abu Bakar mendesak Rasulullah agar umat Islam
tidak lagi menyembunyikan keislamannya. Meski Rasul sendiri awalnya menolak
usulan ini, namun Abu Bakar terus mendesak hingga Rasul pun menerima usulan
ini. kemudian ketika berada di Masjidil Haram Abu Bakar pun berpidato sedang
Rasulullah duduk. Maka dari itu Abu Bakar adalah orang yang pertama kali
berpidato mengajak kepada Islam. Ketika itu orang-orang musyrik segera
mengeroyok beliau hingga beliau pun babak belur, tapi beruntung Bani Taim
segera datang dan menyelamatkannya dari amukan kaum musyrikin. Ketika itu bani
Taim yang melihat luka-luka Abu Bakar yang parah mengkhawatirkan kalau Abu Bakar
akan meninggal. Sehingga mereka kembali ke Masjid dan memberikan pengumuman
bahwa kalau sampai Abu Bakar meninggal maka mereka akan membunuh Uqbah bin
Rabi’ah.
Saat abu bakar
siuman, bani Taim pun berusaha menanyainya namun Abu Bakar terus menanyakan bagaimana
keadaan Rasulullah. Dan Ummu Khair (ibu Abu Bakar) diminta untuk membujuknya
agar mau makan. Namun ia tetap saja terus menanyakan Nabi Muhammad Saw. karena
ibunya memang tak tau menahu tentang keadaan Rasul, maka Abu Bakar memintanya
untuk menanyakannya kepada Ummu Jamil binti Khattab. Ummu Jamil pun datang
menemui Abu Bakar dan mengabarkan padanya bahwa Rasulullah selamat, baik-baik
saja dan sekarang sedang berada di Darul Arqam. Ketika itu Abu bakar pun
meminta untuk menemui Rasulullah di Darul Arqam. Rasulullah dan kaum Muslimin
menyambut hangat kedatangan beliau. Saat itulah ia meminta agar Rasulullah
mengajak ibunya untuk masuk Islam dan mendoakannya agar bisa terselamatkan dari
siksa neraka. Kemudian Rasulpun mendoakan dan mengajaknya kepada Islam. Ummu
Khair pun masuk Islam.
Itu
hanyalah salah satu contoh kecil dari ribuan kisah perjuangan Abu Bakar dalam
dakwah dan penyebaran Risalah Islam bersama Rasulullah. Masih ada banyak lagi
kisah-kisah perjuangan Abu Bakar dalam membela Islam dan Rasulullah Saw. mulai
dari sikapnya yang selalu membela dan pendamping Rasulullah dari berbagai
intimidasi dan hinaan kaum musyrikin, pengorbanan beliau dalam menginfakkan
hartanya di jalan Allah, membebaskan budak muslim dari siksaan kaum musyrik,
infak beliau dalam persiapan Jihad di jalan Allah, keberaniannya dalam berbagai
pertempuran dan peperangan, perjalanan beliau menemani Rosululah dalam
hijrahnya menuju Madinah yang penuh tantangan sekaligus hikmah dan pelajaran.
Keteguhan
beliau dalam membela dan mendampingi Rasulullah ini menjadikan beliau menjadi
orang yang paling dekat dan dicintai oleh Rasulullah. Sehingga tak heran ketika
kabar Isra’ Mi’raj sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya
seraya mengatakan “Jika yang mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu
pasti benar”. Tak heran ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama
yang menangis karena menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera
meninggalkannya menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun
menjadikan beliau sebagai Imam menggantikan Rasulullah saat terbaring sakit.
Dan tak heran pula, jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah Saw.[2]
C. Proses
Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah
Wafatnya
Rasulullah Saw. mengejutkan seluruh umat Islam bahkan banyak dari kalangan
shahabat yang tidak mempercayai kabar ini. sehingga banyak yang bingung
menyikapi peristiwa besar ini. banyak dari para Shahabat yang tertunduk lesu
tak mampu menegakkan kakinya, banyak yang lidahnya kelu tak bisa berkata-kata,
bahkan ada yang mengingkari hal ini dan bahkan ada pula yang sampai mengatakan
bahwa Rasulullah tidaklah meninggal, beliau hanya pergi untuk menemui Rabbnya
sebagaiman Musa AS menemui Rabbnya selama 40 hari. Bahkan Umar pun mengangkat
pedangnya dan bersumpah akan menebas siapapun yang mengatakan Rasulullah
meninggal.
Bahkan Imam
Qurthuby mengisahkan betapa besarnya musibah ini, seraya menjelaskan bahwa
sebesar-besar musibah adalah musibah yang menimpa agama. Dan wafatnya Rasulullah
merupakan musibah besar yang menimpa agama ini.
karena umat Islam ketika ditinggalkan oleh
beliau mulai menghadapi musibah besar yang tiada henti. Karena dengan wafatnya
Rasulullah maka terputuslah wahyu, berakhirlah kenabian, dan merupakan awal
munculnya para nabi palsu, banyak umat Islam yanng murtad, dan ini menjadi
titik kemunduran pertama setelah sebelumnya umat Islam berhasil mencapai
puncaknya.
1. Pertemuan di
Saqifah Bani Sa’idah
Setelah berita
wafatnya Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai
siapakah yang akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat
bahwa ini merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu
pula, berkumpullah kaum Anshar di Saqifah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah.
Saat kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk
mengikuti pertemuan ini.
Di dalam
perjalanannya menuju Saqifah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa mereka
bertemu dengan dua orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya: “Hendak
kemanakah kalian wahai kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui
saudara-saudara kami di Saqifah bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan
agar kaum Muhajirin mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqifah ini. Namun kami
tetap bersikukuh untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat seseorang yang
sedang terbaring berselimut berada dalam majelis itu. Aku (Umar) bertanya:
“Siapa ini?” mereka menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami duduk
sejenak salah seorang dari mereka berpidato dengan menyatakan akan keutamaan
kaum Anshar yang telah menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam menuju
kemajuan seraya mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar
dalam masalah khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan kata-kata yang menurutku
paling indah untuk aku sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku dan dia
menyampaikan kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak kusampaikan.
Kemudian ia menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara
ini. Maka Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar
selesai berpidato dalam saqifah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar dan Abu
Ubaidah sebagai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umar
juga mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk
dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum
tersebut. Maka ketika itu Umar pun membai’at Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun
mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.
2.
Bai’at ‘Ammah terhadap Abu Bakar
Setelah Abu
Bakar mendapat bai’at dalam pertemuan di saqifah Bani Sa’idah, di hari
berikutnya umat Islam pun melaksanakan bai’at Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam
riwayat dari Annas bin Malik ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang
Abu Bakar duduk, dia berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar
yang telah menjadi orang terdekat Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua,
yang menggantikan beliau sebagai iman saat beliau sakit. Kemudian Umar pun
meminta agar kaum muslimin untuk membai’at Abu Bakar sebagai pemimpin umat
Islam. Saat itulah kaum muslimin membai’at Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun
ganti berpidato di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah
seluruh umat Islam dalam kepemimpinan Abu Bakar.
D. Permasalahan
dan Langkah-Langkah Abu Bakar Ash-Shiddiq
1. Kebijakan
dalam Urusan Keagamaan
Ada beberapa
kebijakan Khalifah Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara lain :
a. Memerangi Nabi
palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak mengeluarkan zakat
Pada awal
pemerintahannya, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat Islam
sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah
timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al
Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi
dari yaman dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa
pemberontakan dari beberapa kabilah.
Untuk
mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin
pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang
ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak
berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak
membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing
atau unta kecuali untuk dimakan.
Adapun sebelas
panglima dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1)
Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang
mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai
al-Battah, suatu daerah di Arab tengah.
2)
Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab seorang
kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani
Hanifah yang terletak dipesisir timur Arab (Yamamah).
3)
Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan
cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung
menuju pusat wilayah Yamamah.
4)
Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad
al-Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia
harus menuju Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin
Maksyuh di Jazirah Arab selatan.
5)
Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah Daba yang
terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka
mengaku Nabi.
6)
Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah
dan Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang
terhadap Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.
7)
Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang terletak
sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu
Bakar.
8)
Al-Alla’ bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang yang
murtad dari Islam.
9)
Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kuda’ah dan Wadi’ah yang terletak di
barat laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.
10)
Khalid bin Sa’id mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab yang ada
diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga
menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.
11) Ma’an
bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal dari suku
Salim dan Hawazin di daerah Ta’rif yang membangkan terhadap kepemimpinan Islam.
Sementara itu,
Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah,
tetapi Ali Radhiyallahu ‘anhu bersikeras untuk mencegah seraya berkata, “Wahai
Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah
pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin
mengalami musibah karena kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki
eksistensi sepeninggalanmu.”
Abu Bakar
kemudian kembali. Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam
pertempuran ini sehingga berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di
segenap penjuru Jazirah dan memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
b. Pengumpulan
Al-Qur’an
Selama
peperangan Riddah, banyak dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena
orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika
bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari
Al-Qur’an akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
“kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan
bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini termasuk salah satu jasa besar dari khalifah
Abu Bakar.
c. Ilmu
Pengetahuan
Pola pendidikan
pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun
lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan
tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut
Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab.
Kuttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya
Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada
masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan
yang bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul terdekat.
E. Kemajuan
Kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar
1. Penyebaran
dan Kekuasaan Islam
Islam pada
hakikatnya adalah agama dakwah, artinya agama yang harus dikembangkan dan
didakwahkan. Terdapat dua pola pengembangan wilayah Islam, yaitu dengan dakwah
dan perang. Setelah dapat mengembalikan stabilitas keamanan jazirah Arabiah,
Abu Bakar beralih pada permasalahan luar negeri.
Pada masa itu,
di luar kekuasaan Islam terdapat dua kekuatan adidaya yang dinilai dapat
menganggu keberadaan Islam, baik secara politisi maupun agama. Kedua kerajaan
itu adalah Persia dan Romawi. Rasulullah sendiri memerintahkan tentara Islam
untuk memerangi orang-orang persia dan Romawi, karena sikap mereka sangat
membahayakan bagi Islam. Mereka berusaha melenyapkan dan menghambat
perkembangan Islam dengan cara membunuh sahabat Nabi.
Pada tahap
pertama, Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan persia. Pada bulan Muharram
tahun 12 H (633 M), ekspedisi ke luar Jazirah Arabia di mulai. Musanna dan
pasukannya dikirim ke persia menghadapi perlawanan sengit dari tentara kerajaan
Persia. Mengetahui hal itu, Abu Bakar segera memerintahkan Khalid bin Walid
yang sedang berada di Yamamah untuk membawa pasukannya membantu Musanna.
Gabungan kedua pasukan ini segera bergerak menuju wilayah persia. Kota Ubullah
yang terletak di pantai teluk Persia, segera diserbu. Pasukan Persia berhasil
diporak-porandakan. Perang ini dalam sejarah Islam disebut dengan Mauqi’ah Zat
as-Salasil artinya peristiwa untaian Rantai.
Pada tahap
kedua, Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk empat
barisan pasukan. Masing-masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas
menundukkan daerah yang telah ditentukan. Keempat kelompok tentara dan
panglimanya itu adalah sebagai berikut :
·Abu Ubaidah
bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia
·Amru bin Ash
mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada di
bawah kekuasaan Romawi Timur.
·Syurahbil bin
Sufyan diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Yordania.
·Yazid bin Abu
Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.
Perjuangan
tentara-tentara Muslim tersebut untuk menaklukkan Persia dan Romawi baru tuntas
pada masa ke khalifaan Umar bin khathab.
2. Peradaban
Islam
Bentuk
peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang
dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu
Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun
Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum muslimin.
Hal yang dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Qur’an setelah
Syahidnya beberapa orang pengfapal Al-Qur’an pada perang Yamamah. Umarlah yang
mengusulkan pertama kalinya penghimpunan ini. Sejak saat itulah Al-Qur’an
dikumpulkan pada satu Mushaf.
Selain itu,
peradaban Islam yang terjadi pada prak pemerintahan Abu Bakar terbagi pada beberapa
Tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Dalam bidang
penataan sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan
sedekah yang berasal dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan
dari rampasan perang dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber
pendapatan baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan
negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai
negara, dan kepada rakyat yang berhaq menerimanya sesuai dengan ketentuan
Al-Qur’an.
b. pemerintahan
khalifah Abu Bakar yang terpenting adalah sukses kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan
menunjuk umar sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor Abu Bakar menunjuk atau
mencalonkan Umar menjadi Khalifah. Faktor utama adalah kekhawatiran akan
terulang kembali peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqilah Bani Saidah yang
nyaris menyulut umat Islam kejurang
perpecahan, bila tidak merujuk seorang untuk menggantikannya.
Dari penunjukan
Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :
a. Abu Bakar
dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan
konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.
b. Abu Bakar
tidak menunjuk salah seorang putranya ataupun kerabatnya, melainkan memilih
seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta
disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.
c. Pengukuhan
Umar menjadi khilafah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam suatu
bai’at umum dan terbuka tanpa ada pertentangan di kalangan kaum muslimin.[3]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah
Rasulullah wafat, umat Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu Bakar yang
saat itu berada dalam pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup
tegang, beliau berhasil menarik hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan
melunakkan hati Anshar. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan
hadits tentang siapa yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua tentu menyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun
dalam dakwah, Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah
disampaikan dengan cara yang benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan
yang justru merugikan. Begitulah kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang
tidak benar akan sulit untuk membuahkan kebaikan.
Pemerintahan
Abu Bakar punya jati diri sendiri serta pembentukannya yang sempurna, mencakup
kebesaran jiwa yang sungguh luar biasa, bahkan sangat menakjubkan. Kita sudah
melihat betapa tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-prinsip yang
berpedoman pada Al-Qur'an sehingga ia dapat memastikan untuk menanamkan pada
dirinya batas antara kebenaran untuk kebenaran dengan kebohongan untuk
kebenaran.
Prinsip-prinsip
dalam Islam, dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong kaum Muslimin memerangi
orang-orang yang ingin menghancurkan Islam seperti halnya orang-orang murtad,
orang-orang yang enggan membayar zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya
sebagai nabi. Oleh karena itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk
menyelamatkan Islam dari kehancuran.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal
Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya,
Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Ishaq, Rusli
dan Suryantara, Bahroin, Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra, 2008
Fachruddin, Moh
Fuad, Perkembangan Kebudayaan Islam,
Jakarta: Bulan Bintang, 1995
<Please Share ke Temen Kalian Kalau Artikel Blog ini Bermanfaat...Ya!!! Makasih Banyak>
No comments for "LIHAT RAHASIA : Contoh Makalah Singkat tentang Masa Abu Bakar As-siddiq (keteladanan, kliping, biografi, latar belakang, strategi dakwah)"
Post a Comment