LIHAT RAHASIA : Contoh Struktur Makalah Singkat Tentang Epistemologi (islam, kristen, beserta footnote, penelitian hukum, doa, aqaid limapuluh)
Kumpulan contoh struktur makalah penelitian untuk mahasiswa-sma-smp lengkap
- makalah epistemologi beserta footnote
- makalah epistemologi islam
- makalah epistemologi islam pdf
- makalah epistemologi penelitian
- makalah epistemologi hukum
- makalah epistemologi doa
- makalah epistemologi kristen
- makalah epistemologi aqaid lima puluh
-contoh makalah penelitian
-contoh makalah singkat
-contoh makalah mahasiswa lengkap
-contoh makalah pdf
-contoh makalah bahasa indonesia
-kumpulan contoh makalah yang baik dan benar
-contoh makalah pkn
-contoh makalah penelitian ilmiah
-contoh makalah singkat pdf
-makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat sma
-makalah singkat tentang internet
-contoh makalah sederhana
-contoh makalah singkat tentang lingkungan hidup
-contoh makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat tentang narkoba
Makalah Epistemologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia
seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan.
Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan.
Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang
manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori
pengetahuan karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu
logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan
pondasi segala ilmu dan pengetahuan. Sejak semula, epistemologi merupakan salah
satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit. Sebab epistemologi
menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang luas, sehingga tidak ada
sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu pengetahuan merupakan
hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja. Oleh sebab
itu, perlu diketahui apa saja yang menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapat
digunakan manusia untuk mengembangkan diri dalam mengikuti perkembangan
informasi yang pesat.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Epistemologi ?
2. Bagaimana ruang lingkup
Epistimologi ?
3. Apa
saja aliran- aliran yang ada dalam Epistemologi ?
4. Bagaimana
pengaruh Epistemologi terhadap peradaban manusia ?
1.3. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian Epistemologi
2. Untuk
mengetahui ruang lingkup Epistemoligi
3. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada dalam
Epistemologi
4. Untuk mengetahui pengaruh epistemologi bagi kehidupan
Link lain cara membuat gambar makalah singkat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Epistemologi
Istilah Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang
berarti pengetahuan dan ‘logos’ berarti perkataan, teori, pikiran, atau ilmu.
Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata
kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan.
Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai
upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu,
jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya,
merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan
(theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan
yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis
pengetahuan, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari
pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba
mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa
epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki
pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology
is the branch of philosophy which investigates the origin, stukture, methods
and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan
istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F
Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994).[1]
2.2. Ruang
Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang
lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan.
Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan,
batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana
asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan
benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang
dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat
diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya
ilmu. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai
Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya
dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring
dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu.
Dalam pembahasan-pembahasan
epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar
dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan
epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek
lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan. M.
Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak
terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara
konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak
membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu,
aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan makna
epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap
pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi.
Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi,
tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode
pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat
luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan”
pengetahuan.[2]
2.3. Aliran-Aliran
Epistemologi
Ada
beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya :
1. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani
empieriskos yang berasal dari kata empiria, yang artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan
bila dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah
pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula
manis karena manusia mencicipinya. John locke (1632-1704) bapak aliran ini
pada zaman modern mengemukakan teori tabula rasa yang
secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada
mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong
itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Jadi, pengalaman indera itulah
sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan
aliran ini adalah metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah
karena keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil,
sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat
dari dekat benda itu besar.
2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh
dan diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan melalui
kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes (1596-1650).
Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastic yang
pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh kurangnya
metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode
keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu
jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas
ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir,
maka saya ada). Rasio
merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada
kebenaran.[3]
3. Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia
menganut paham empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam
memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat
dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen.
Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak
kita harus menggunakan alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat
menggunakan neraca atau timbangan misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan
sains benar benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh
bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi,
pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri.
Aliran ini menyempurnakan empirisme dan rasionalisme.
4. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia
menganggap tidak hanya indera yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang
selalu berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak
pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami
suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal
itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami
sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran yang
berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka bergson
mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu
intuisi.
5. Kritisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana
seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant
(1724-18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant
mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant
mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme),
tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun
ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak
mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.
6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa
hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh.
Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang
hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern. Idealisme
mempunyai argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme
yang mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme
karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh
idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme.
2.4. Pengaruh
Epistemologi
Secara global epistemologi
berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk
oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia,
dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari
masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu
mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu
dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah
yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju
disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan
epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga
kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi.
Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa
pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata
teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa
mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan
sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil
pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang
berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa
yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
[4]
Link lain kumpulan contoh makalah yang baik dan benar
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu:
·
Pengetahuan diperoleh
dari akal, yakni pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir yang logis
sehingga dapat diterima oleh akal. Dari sini memunculkan aliran rasionalisme.
·
Pengetahuan diperoleh
dari pengalaman, yakni pengetahuan baru muncul ketika indera manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan
mengamati berbagai kejadian dalam kehidupan, jadi ketika manusia lahir
benar-benar dalam keadaan yang bersih dan suci dari apapun. Aliran yang
mempunyai paham ini adalah aliran empirisme.
·
Pengetahuan diperoleh
dari intuisi, yakni pengetahuan yang bersifat personal, dan hanya orang-orang
tertentu yang mendapatkan pengetahuan ini.
3.2. Saran
Manusia
dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang sifatnya tersilap dari yang
telah ditetapkan atau seharusnya. Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini.
Untuk itu, penulis harapkan dari pembaca, mohon kritik dan sarannya guna
perbaikkan penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmad
tafsir, 2009. filsafat umum akal dan hati sejak thales
sampai capra. Remaja Rosdakarya, Bandung.hal 23
[3] Qomar Mujammil, Epistemologi
Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik, (
Jakarta: Erlangga 2005), h. 27
[4] Hakim,
M.A. dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M.Si. 2008. filsafat umum dari
metologi sampai teofilosofi. Pustaka Setia, Bandung. Hal 206
Tersedia contoh makalah unik lainnya tentang pendidikan sepakbola, bola basket, pancasila, biologi sel, fisika
No comments for "LIHAT RAHASIA : Contoh Struktur Makalah Singkat Tentang Epistemologi (islam, kristen, beserta footnote, penelitian hukum, doa, aqaid limapuluh)"
Post a Comment