LIHAT RAHASIA : CONTOH MAKALAH PRAGMATISME DALAM PENDIDIKAN (eksistensialisme, aliran filsafat, kontemporer, sejarah, pendahuuluan)
Kumpulan contoh struktur makalah penelitian untuk mahasiswa-sma-smp lengkap
- makalah pragmatisme dan eksistensialisme
- perbedaan pragmatisme dan progresivisme
- makalah aliran filsafat pendidikan
- makalah filsafat pragmatisme pdf
- makalah filsafat kontemporer pragmatisme
- sejarah pragmatisme
- makalah aliran filsafat pendidikan progresivisme
- pendahuluan tentang pragmatisme
-contoh makalah penelitian
-contoh makalah singkat
-contoh makalah mahasiswa lengkap
-contoh makalah pdf
-contoh makalah bahasa indonesia
-kumpulan contoh makalah yang baik dan benar
-contoh makalah pkn
-contoh makalah penelitian ilmiah
-contoh makalah singkat pdf
-makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat sma
-makalah singkat tentang internet
-contoh makalah sederhana
-contoh makalah singkat tentang lingkungan hidup
-contoh makalah singkat tentang kesehatan
-contoh makalah singkat tentang narkoba
- makalah pragmatisme dan eksistensialisme
- makalah filsafat kontemporer pragmatisme
- ciri-ciri pragmatisme
- sejarah pragmatisme
- pendahuluan tentang pragmatisme
- hakikat pengetahuan pragmatisme
- epistemologi pragmatisme
- implementasi pragmatisme
CONTOH MAKALAH PRAGMATISME DALAM PENDIDIKAN
Di
S
U
S
U
N
Oleh
kelompok : 4
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan
A.
Latar
Belakang ................................................................................................ 3
B.
Rumusan Masalah
........................................................................................... 3
C.
Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II Pembahasan
A.
Pengertian Pragmatisme
................................................................................. 4
B.
Tokoh-Tokoh
Pragmatisme............................................................................. 5
C.
Implikasi Pragmatisme Dalam Pendidikan................................................... 6
BAB III Penutup
A.
Kesimpulan
...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ” Pragmatisme Dalam Pendidikan”
Makalah ini telah selesai kami buat. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Makalah ini telah selesai kami buat. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wacana filsafat yang menjadi topik utama pada zaman
modern, persoalan epistemologi. Pertanyaan pokok dalam bidang
epistemologi adalah bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan apakah sarana
yang paling memadai untuk mencapai pengetahuan yang benar, serta apa yang
dimaksud dengan kebenaran itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 munculah dua
aliran filsafat yang memberikan jawaban yang berbeda, bahkan saling
bertentangan. Aliran filsafat tersebut adalah rasionalisme dan empirisme.
Empirisme itu sendiri pada abad ke-19 dan 20 berkembang lebih jauh menjadi
beberapa aliran yang berbeda, yaitu Positivisme, Materialisme, dan Pragmatisme.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian pragmatisme?
2.
Siapa saja tokoh filsafat pragmatisme?
3.
Bagaimana
implikasi pragmatisme dalam pendidikan?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
arti pragmatisme.
2.
Mengetahui
tokoh-tokoh
filsafat pragmatisme.
3.
Mengetahui
implikasi pragmatisme dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pragmatisme
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani: pragma yang berarti perbuatan
(action) atau tindakan (practice). Isme berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti
tindakan. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya
membawa akibat praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua
bisa diterima sebagai kebenaran dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang
praktis yang bermanfaat. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat
bagi hidup praktis”. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran
adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh
Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori
itu benar kalau berfungsi.[1]
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang.
Orang-orang menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang
berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya ialah rancangan itu
kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian
pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian
pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1) menolak segala intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan logika formal.[2]
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu, (1) menolak segala intelektualisme, dan (2) absolutisme, serta (3) meremehkan logika formal.[2]
B. Tokoh-Tokoh
Pragmatisme
1.
Charles
Sandre Peirce ( 1839 M )
Dalam konsepnya ia menyatakan bahwa, sesuatu dikatakan
berpengaruh bila memang memuat hasil yang praktis. Pada kesempatan yang lain ia
juga menyatakan bahwa, pragmatisme sebenarnya bukan suatu filsafat, bukan
metafisika, dan bukan teori kebenaran, melainkan suatu teknik untuk membantu
manusia dalam memecahkan masalah (Ismaun, 2004:96).
Dari kedua pernyataan itu tampaknya Pierce ingin
menegaskan bahwa, pragmatisme tidak hanya sekedar ilmu yang bersifat teori dan
dipelajari hanya untuk berfilsafat serta mencari kebenaran belaka, juga bukan
metafisika karena tidak pernah memikirkan hakekat dibalik realitas, tetapi
konsep pragmatisme lebih cenderung pada tataran ilmu praktis untuk membantu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia.
2.
William
James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M,
anak Henry James, Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi,
pemikir yang kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan
intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan
serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.
Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan usaha
kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.
Karya-karyanya antara lain, The Principles of
Psychology (1890), The Will to Believe (1897), The
Varietes of Religious Experience (1902) dan Pragmatism (1907). Di dalam bukunya The Meaning of Truth,
James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang
mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap
benar dalam pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
Di dalam bukunya, The Varietes of Religious
Experience, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari
kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri di
dalam kesadaran dengan cara yang berlainan. Barangkali di dalam bawah sadar kita,
kita menjumpai suatu relitas yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan
saja. Sebab tiada sesuatu yang dapat meneguhkan hal itu secara mutlak.
3.
John
Dewey (1859-1952 M)
Dewey adalah seorang yang pragmatis. Menurutnya,
filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau
mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya dalam kehidupan
sehari-hari, John Dewey
menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan
nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang
kurang praktis, tidak ada faedahnya.
Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah
instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat
instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan
mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun
sistem norma-norma dan nilai-nilai.
Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun
suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara
utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu dengan cara utama menyelidiki
bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dala penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum
selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan
meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata
“temporalisme” yang berarti bahwa ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu. Kedua,
kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari
kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat diubah lebih baik
dengan tenaga kita.[3]
C.
Implikasi
Pragmatisme Terhadap Pendidikan
1.
Tujuan
Pendidikan
Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus
mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk
mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah
kepada kehidupan yang baik.
Tujuan-tujuan
pendidikan tersebut meliputi:
·
Kesehatan
yang baik
·
Keterampilan-keterampilan
dan kejujuran dalam bekerja
·
Minat
dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan
·
Persiapan
untuk menjadi orang tua
·
Kemampuan
untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah sosial
Tujuan khusus pendidikan di atas yaitu untuk pemahaman
tentang pentingnya demokrasi. Menurut pragmatisme pendidikan hendaknya
bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam
kehidupan peribadi dan kehidupan sosial.
2.
Kurikulum
Menurut para filsuf paragmatisme, tradisi demokrasi
adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition).
Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa sekarang dan masa yang
akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman
yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun
kurikulum tersebut akan berubah.
3.
Metode
Pendidikan
Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan
metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode
penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam
praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi
kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias,
kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan
bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh
siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
4.
Peranan
Guru dan Siswa
Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan”
pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah
sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki
agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi
lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.
Untuk
membantu siswa,
guru harus berperan:
·
Menyediakan
berbagai pengalaman yang akan memuculkan motivasi. Film-film, catatan-catatan,
dan tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk
memunculkan minat siswa.
·
Membimbing
siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.
·
Membimbing
merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna memecahkan
suatu masalah.
·
Membantu
para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.
·
Bersama-sama
kelas mengevaluasi apa yang telah dipelajari, bagaimana mereka mempelajarinya,
dan informasi baru yang ditemukan oleh setiap siswa.
Edward J. Power (1982) menyimpulkan pandangan
pragmatisme bahwa “Siswa merupakan organisme rumit yang mempunyai kemampuan
luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru berperan untuk memimpin dan membimbing
pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan
siswa”.
Callahan dan Clark menyimpulkan bahwa orientasi pendidikan
pragmatisme adalah progresivisme. Artinya, pendidikan pragmatisme menolak
segala bentuk formalisme yang berlebihan dan membosankan dari pendidikan
sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam
berbagai bidang kehidupan.[4]
Prinsip - Prinsip
pragmatisme ada 4 meliputi:
·
Bahwa esensi kenyataan adalah perubahan.
·
Bahwa manusia adalah makhluk biologi dan
sosial.
·
Bahwa nilai-nilai bersifat relatif.
·
Bahwa berfikir kritis secara cerdas.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani)
yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Filsuf
yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John
Dewey. Pragmatisme memandang bahwa siswa merupakan organisme rumit yang
mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh, sedangkan guru berperan untuk
memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas
minat dan kebutuhan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro . Filsafat Umum.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003)
Mudzakir, Drs., dkk. Filsafat
Umum.(Bandung: CV. Pustaka Setia. 1997)
Juhaya S. Praja,
Prof., Dr. Aliran-aliran Filsafat dan Etika.(Jakarta: Prenada Media. 2003)
Munir, Misnal, Drs.,
M.Hum., dkk. Filsafat Ilmu.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006)
[1]Achmadi,
Asmoro . Filsafat Umum. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2003)
<Please Share ke Temen Kalian Kalau Artikel Blog ini Bermanfaat...Ya!!! Makasih Banyak>
No comments for "LIHAT RAHASIA : CONTOH MAKALAH PRAGMATISME DALAM PENDIDIKAN (eksistensialisme, aliran filsafat, kontemporer, sejarah, pendahuuluan)"
Post a Comment